“Ini Tidak Mungkin! Muhammad pasti Menggunakan Mikroskop”

Posted by Noer Rachman Hamidi on Friday, May 23, 2014


DR. Keith L. Moore  MSc, PhD, FIAC, FSRM adalah Presiden AACA (American Association of Clinical Anatomi ) antara tahun 1989 dan 1991. Ia menjadi terkenal karena literaturnya tentang mata pelajaran Anatomi dan Embriologi dengan puluhan kedudukan dan gelar kehormatan dalam bidang sains.

Dia menulis bersama profesor Arthur F. Dalley II, Clinically Oriented Anatomy, yang merupakan literatur berbahasa Inggris paling populer dan menjadi buku kedokteran pegangan di seluruh dunia. Buku ini juga digunakan oleh para ilmuwan, dokter, fisioterapi dan siswa seluruh dunia.

Pada suatu waktu, ada sekelompok mahasiswa yang menunujukkan referensi al-Qur'an tentang 'Penciptaan Manusia' kepada Profesor Keith L Moore, lalu sang Profesor melihatnya dan berkata :

"Tidak mungkin ayat ini ditulis pada tahun 7 Masehi, karena apa yang terkandung di dalam ayat tersebut adalah fakta ilmiah yang baru diketahui oleh ilmu pengetahuan modern! Ini tidak mungkin, Muhammad pasti menggunakan mikroskop!"

Para Mahasiswa tersebut lalu berkata, "Prof, bukankah saat itu Mikroskop juga belum ada?"

"Iya, iya saya tau. Saya hanya bercanda, tidak mungkin Muhammad yang mengarang ayat seperti ini," jawab sang profesor.

"Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan alaqoh (sesuatu yang melekat), lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya mahluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah Pencipta yang paling baik" [QS. Al Mu'minuun: 13-14]

Jika di cermati lebih dalam, sebenarnya 'alaqoh' dalam pengertian Etimologis yang biasa di terjemahkan dengan 'segumpal darah' juga bermakna 'penghisap darah', yaitu lintah.



Padahal tidak ada pengumpamaan yang lebih tepat ketika Embrio berada pada tahap itu, yaitu 7-24 hari, selain seumpama lintah yang melekat dan menggelantung di kulit.

Embrio itu seperti menghisap darah dari dinding Uterus, karena memang demikianlah yang sesungguhnya terjadi, Embrio itu makan melalui aliran darah. Itu persis seperti lintah yang menghisap darah. Janin juga begitu, sumber makanannya adalah dari sari makanan yang terdapat dalam darah sang ibu.

Ajaibnya, Embrio Janin dalam tahap itu jika di perbesar dengan mikroskop bentuknya benar-benar seperti lintah. Dan hal itu tidak mungkin jika Muhammad sudah memiliki pengetahuan yang begitu dahsyat tentang bentuk janin yang menyerupai lintah lalu menulisnya dalam sebuah buku.

Padahal pada masa itu belum di temukan mikroskop dan lensa.

Ayat tersebutlah yang membuat sang profesor akhirnya memeluk agama Islam dan merevisi beberapa kajian ilmiahnya karena Al-Quran ternyata telah menjawab beberapa bagian yang selama ini membuat sang profesor gusar.

Ia merasa materi yang ditelitinya selama ini terasa belum lengkap atau ada tahapan dari perkembangan Embrio yang kurang.
Description: “Ini Tidak Mungkin! Muhammad pasti Menggunakan Mikroskop”
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: “Ini Tidak Mungkin! Muhammad pasti Menggunakan Mikroskop”
Selengkapnya“Ini Tidak Mungkin! Muhammad pasti Menggunakan Mikroskop”

Para Pemimpin di jaman Mulkan Jabariyah

Posted by Noer Rachman Hamidi


Kekhusu'an kita dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan tahun ini  - khususnya 10 hari pertama - kemungkinan akan terganggu oleh kegaduhan PEMILU Presiden. Maka PEMILU ini harus disikapi secara proporsional, jangan sampai gara-gara ini terganggu silaturahim kita apalagi terjebak dalam fitnah-memfitnah, penyebaran berita yang tidak benar dan sejenisnya. Lebih dari itu kita perlu mengenal jaman dimana kita sekarang sedang berada, agar kita tahu prioritas apa yang harusnya kita lakukan tahap demi tahapnya.

Rata-rata ulama kita sepakat bahwa saat ini kita hidup di jaman Mulkan Jabariyah dalam pergiliran jaman yang pentahapannya diuraikan melalui hadits berikut :  "Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah 'ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan 'Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang memaksa (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah 'ala minhajin nubuwwah)." Kemudian beliau (Nabi) diam." (HR.Ahmad).

Dalam jaman raja-raja yang memaksa ini, siapapun yang memimpin negeri ini belum akan membawa banyak kebaikan karena  belum akan mengikuti aturan  syariatNya. Karena hukum yang berlaku belum akan sesuai syariat - yang haram-pun masih bisa diwajibkan, maka belum bisa kita memilih saudara-saudara kita yang shaleh untuk memimpin negeri seperti ini.

Kita justru akan menjerumuskan mereka dalam kedhaliman - yang bisa jadi mereka tidak sadari - bila kita memilih mereka menjadi pemimpin negeri dalam jaman yang masih seperti ini. Seperti apa contohnya ? Berapa banyak sudah kita punya kepala daerah dan kepala negara yang muslim, sebagian bahkan berlatar belakang ustadz. Tetapi apa sikapnya terhadap riba yang difatwakan oleh MUI no 1 tahun 2004 ?

Tidak ada pemimpin yang meng-gubris sedikitpun fatwa ulama tersebut untuk  setidaknya membebaskan daerah atau wilayah yang dipimpinnya dari riba. Malah mereka juga menjadi pelaksana dan bahkan  penganjur system riba itu sendiri – yang kini menjadi wajib dengan adanya BPJS dan JKN. Kasihan bukan bila saudara-saudara kita yang (dahulunya) shaleh kemudian terjerumus menjadi pemimpin yang harus melaksanakan dan bahkan ikut menganjurkan riba ini ?

Lantas apa yang seharusnya kita lakukan di jaman Mulkan Jabariyah yang seperti ini ? Akan lebih baik bila kita berada di luar jalur pemerintahan tetapi bersamaan dengan itu kita membangun barisan yang kuat, agar bisa setiap saat tiada berhenti 'menasihati' pemerintah dengan kekuatan umat yang solid – agar mereka  yang memimpin tidak menambah kerugian bagi umat yang besar ini.

Mengapa tidak berada di dalam pemerintahan saja agar lebih mudah berbuat ? Suasana batinnya yang akan berbeda. Bila kita menjadi bagian dari pemerintahan, maka kita akan cenderung membela dan membenarkan apa yang dilakukan pemerintah – bahkan bila hal itu melanggar syariat sekalipun. Budaya kita belum memungkinkan seorang bawahan menasihati atasan !

Bila saya sampaikan ke saudara-saudara saya yang menjadi bagian dari pemerintahan tentang Riba yang diwajibkan dalam BPJS dan JKN tersebut di atas misalnya, maka spontan mereka membelanya – bahwa ini dilakukan demi kebaikan dan kesejahteraan rakyat. Masya' iya harus dengan riba ? Dengan memerangi Allah dan RasulNya ( QS 2 :279) kita bisa mensejahterakan rakyat ?

Mungkin belum banyak yang bisa kita lakukan di luar system, tetapi setidaknya kita sudah menolaknya di hati kita – kita tidak ikut terjebak membelanya – sambil terus berusaha agar keberadaan kita membawa manfaat yang besar bagi jaman ini dan juga anak keturunan kita nanti. Lantas apa yang secara konkrit bisa kita perbuat ketika kita hidup di jaman Mukan Jabariyah yang penuh fitnah ini ?

Secara umum ada tiga hal yang harus bisa kita lakukan, yaitu meningkatkan keimanan, ketakwaan dan amal shaleh. Ini adalah pekerjaan yang sangat luas yang bisa dilakukan oleh siapa saja dalam bidang apa saja.

Yang akan membuat negeri ini makmur di jaman ini bukanlah para pemimpinnya, tetapi dari rakyat atau penduduknya yang beriman dan bertakwa. Apapun janji kemakmuran yang akan dibawa oleh para (calon) pemimpin yang sedang merayu hati rakyat saat ini – tidak akan pernah terpenuhi janji tersebut – selagi para (calon) pemimpin tersebut tidak mengajak kepada keimanan dan ketakwaan. Sampai saat ini saya belum melihat adanya kampanye yang fokusnya mengajak kepada dua hal ini – keimanan dan ketakwaan. Padahal inilah kunci kemakmuran itu sebagaimana ayat berikut :

"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS 7:96)

Jadi dua langkah saja cukup untuk membawa kemakmuran bagi negeri ini, yaitu yang pertama meningkatkan keimanan dan yang kedua meningkatkan ketakwaan.

Kemudian langkah ketiganya adalah meningkatkan amal shaleh di segala bidang. Ingat bahwa saat ini kita berada di jaman Mulkan Jabariyah, entah berapa lama waktunya kita akan sampai pada jaman berikutnya yaitu jaman Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah 'ala minhajin nubuwwah).

Apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk menyongsong jaman tersebut ? buanyak sekali amal shaleh yang terkait dengan persiapan ini. Kinilah waktunya kita menyiapkan pendidikan terbaik kita, agar anak-anak dan cucu keturunan kita kelak memenuhi syarat untuk mengusung jaman Khilafah yang menempuh jejak Kenabian tersebut.

Kinilah waktunya untuk kita mulai merintis seluruh system kehidupan yang mengikuti syariat, mulai dari ketika kita berdagang, mengelola modal, mengelola kesehatan, mengelola pasar, mengelola sikap dalam berpolitik dlsb.dlsb.

Kini pulalah waktunya kita menggunakan petunjukNya yang langsung melalui ayat-ayat Al-Qur'an maupun melalui sunnah-sunnah nabiNya, dalam mengelola seluruh sumber daya alam yang melimpah yang memang beban tugas memakmurkannya ada di pundak kita ( QS 11:61).

Tidak berada dalam pemerintahan – bukan berarti kita pasif dan menyerahkan urusan pada yang bukan ahlinya. Sebaliknya kita bisa aktif berbuat untuk persiapan kemakmuran yang sesungguhnya, tanpa terjebak dalam jaman dimana kita 'dipaksa' mengikuti system yang melanggar syariat.

Bahwa dengan langkah-langkah yang mengikuti syariat ini kita yakin akan makmur, ya karena ada janji Allah dalam ayat di QS 7:96 tersebut di atas. Kita juga tidak akan membiarkan siapapun yang memerintah nanti berbuat semaunya yang merugikan umat – seperti riba yang diwajibkan tersebut di atas, kita akan bisa menolaknya bila umat yang besar ini bersatu dan justru tidak terbelah-belah sebagian membela system riba yang lain menolaknya.

Bahwa kunci kemakmuran ada di umat atau penduduk ini, selain dijanjikan di ayat di atas juga dikabarkan melalui hadits berikut : " Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi dia idak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim).

Kemakmuran yang tergambar dalam hadits tersebut di atas – jelas kemakmuran di jaman Islam karena diindikasikan dengan kalimat "…laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya…", siapa lagi yang sadar zakat kalau bukan muslim ?

Tetapi tentu saja kemakmuran ini tidak datang secara ujug-ujug, kemakmuran ini perlu ikhtiar kerja keras kita, bersamaan dengan itu kemakmuran ini perlu pertolonganNya – yang tidak mungkin kita peroleh bila kita melawanNya dengan system yang ribawi misalnya.

Untuk memperoleh pertolonganNya perlu keimanan dan ketakwaan, sedang jangankan sampai ketakwaan – keimananpun tidak ada bila kita masih menggunakan system riba apalagi mewajibkannya. Perhatikan ayatNya berikut : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman." (QS 2:278)

Ayat tersebut jelas bahwa sesudah perintah beriman dan bertakwa kita disuruh meninggalkan riba – jika kita beriman !, jika tidak ? tahu sendiri maknanya.

Kepemimpinan akan kembali ke umat ini bila syaratnya sudah kita penuhi, bahkan bukan hanya kepemimpinan negeri ini tetapi kepemimpinan dunia. Dan ini pasti terjadi karena Dia sendirilah yang berjanji, kapan itu ? Setelah kita bisa membangun generasi yang benar-benar beriman dan beramal shaleh.  Saat itulah umat ini akan kembali memimpin dunia !

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS 24:55)

Jadi jelas, tugas umat  di jaman Mulkan Jabariyah ini bukan berebut  kekuasaan di pemerintahan tetapi melakukan hal-hal yang harus dilakukannya. Dari penjelasan di atas, ada setidaknya 3 points dari things to do yang  insyaallah kita semua bisa mulai melakukannya di bidang dan posisi kita masing-masing.

Tiga hal tersebut adalah : Pertama meningkatkan keimanan, Kedua meningkatkan ketakwaan dan Ketiga meningkatkan amal saleh. Tiga hal inilah kunci turunnya berkah dari langit dan dari bumi (Iman dan Takwa), dan kunci kembalinya kepemimpinan ke tangan umat (Iman dan Amal Shaleh).

Maka jangan sampai kegaduhan politik yang akan berlarut sampai memasuki 10 hari pertama di bulan Ramadhan nanti, justru menjauhkan kita dari kunci-kunci kemakmuran dan kepemimpinan umat yang sejati ini.
Description: Para Pemimpin di jaman Mulkan Jabariyah
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Para Pemimpin di jaman Mulkan Jabariyah
SelengkapnyaPara Pemimpin di jaman Mulkan Jabariyah

Para Pemimpin Yang Sebaiknya Ditolak

Posted by Noer Rachman Hamidi on Monday, May 19, 2014


Para Pemimpin Yang Sebaiknya Ditolak
Ihsan Tandjung – Senin, 19 Rajab 1435 H / 19 Mei 2014 15:00 WIB

Di antara Nubuwwah (prediksi Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam) ialah persoalan para pemimpin yang sebaiknya ditolak.

Dalam hadits tersebut digambarkan bahwa suatu ketika di masa yang akan datang bakal muncul para pemimpin yang dikenal di tengah masyarakat namun tidak disetujui karena sikap dan perilakunya yang zalim dan fasiq. Kemudian Nabi shollallahu 'alaih wa sallam memberi tahu kita bagaimana sikap yang semestinya ditegakkan bila para pemimpin seperti itu muncul. Untuk lebih jelasnya inilah tex hadits itu secara lengkap:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَتَكُونُ أُمَرَاءُ

فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ عَرَفَ بَرِئَ وَمَنْ أَنْكَرَ سَلِمَ

وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ قَالُوا أَفَلَا نُقَاتِلُهُمْ قَالَ لَا مَا صَلَّوْا

Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallambersabda: "Akan muncul pemimpin-pemimpin yang kalian kenal, tetapi kalian tidak menyetujuinya. Orang yang membencinya akan terbebaskan (dari tanggungan dosa). Orang yang tidak menyetujuinya akan selamat. Orang yang rela dan mematuhinya tidak terbebaskan(dari tanggungan dosa)." Mereka bertanya: "Apakah kami perangi mereka?" Nabi shollallahu 'alaih wa sallambersabda: "Tidak, selagi mereka masih sholat." (HR Muslim 3445)

Dengan jelas Nabi shollallahu 'alaih wa sallam menyatakan bahwa orang yang membenci para pemimpin yang zalim dan fasiq itu akan terbebaskan dari tanggungan dosa. Orang yang tidak menyetujui mereka akan selamat. Berarti hadits ini menegaskan sikap yang semestinya dimiliki seorang mukmin ketika berhadapan dengan pemimpin yang memiliki penyimpangan akhlak. Berbeda sekali dengan anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa di dalam ajaran Islam bagaimanapun perilaku seorang pemimpin ummat harus tetap mematuhinya dan menganggapnya sebagai ulil amri minkum (pemegang urusan di kalangan orang-orang beriman). Hadits ini jelas membantah anggapan naif tersebut.

Lalu dengan tegas Nabi shollallahu 'alaih wa sallam memperingatkan mereka yang rela dan mematuhi para pemimpin zalim dan fasiq itu. Beliau mengatakan bahwa "Orang yang rela dan mematuhinya tidak terbebaskan(dari tanggungan dosa)." Di sinilah ajaran Islam memandang bahwa urusan menyerahkan loyalitas dan kepatuhan bukanlah perkara ringan. Sebab tidak saja si pemimpin berdosa karena kezaliman dan kefasikannya. Tetapi rakyat ikut menanggung dosa juga bila mereka tetap rela atas kezaliman dan kefasikan pemimpin tersebut, apalagi kemudian mematuhinya. Sehingga Allah melarang seorang beriman untuk mentaati siapapun dan apapun tanpa ilmu dan kesadaran akan mana yang benar dan mana yang batil.

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ

وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS Al-Israa 36)

Namun suatu hal yang memang Nabi shollallahu 'alaih wa sallam juga anjurkan ialah agar ummat jangan berfikiran untuk memeranginya selagi si pemimpin tersebut masih sholat. Menarik untuk diperhatikan ialah pandangan Imam Nawawi mengomentari potongan hadits ini "Apakah kami perangi mereka?" Nabi shollallahu 'alaih wa sallambersabda: "Tidak, selagi mereka masih sholat." Beliau menulis sebagai berikut:

وَأَمَّا قَوْله : ( أَفَلَا نُقَاتِلهُمْ ؟ قَالَ : لَا ، مَا صَلَّوْا )

فَفِيهِ مَعْنَى مَا سَبَقَ أَنَّهُ لَا يَجُوز الْخُرُوج عَلَى الْخُلَفَاء

بِمُجَرَّدِ الظُّلْم أَوْ الْفِسْق مَا لَمْ يُغَيِّرُوا شَيْئًا مِنْ قَوَاعِد الْإِسْلَام .

Maknanya ialah tidak dibenarkan keluar dari kepemimpinan khilafah hanya semata berdasarkan kezaliman dan kefasiqan selama para pemimpin itu tidak merubah sesauatupun dari kaedah-kaedah Al-Islam.

Ulama salaf ini dengan jelas sekali menggaris-bawahi bahwa selagi pemimpin masih menegakkan secara formal sistem kekhalifahan dan tidak merubah sesuatupun dari kaedah kaedah ajaran Al-Islam, maka tidak dibenarkan bagi seorang mukmin meninggalkan atau keluar dari kepemimpinan tersebut, walaupun akhlaq pemimpinnya zalim dan fasiq.

Saudaraku, permasalahan kita ummat Islam dewasa ini adalah bahwa bukan saja negeri-negeri Islam dipimpin oleh sebagian besar pemimpin yang berkepribadian zalim dan fasiq, tetapi sudah jelas mereka tidak menegakkan sistem kekhalifahan dan bahkan nyata benar bahwa kaedah-kaedah Islam telah banyak yang dirubah, baik oleh sang pemimpin tertinggi maupun oleh kepemimpinan kolektif kolaborasi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Untuk membuktikan kebenaran sinyalemen di atas tidaklah sulit. Karena dalam realitas keseharian terlalu banyak contoh kasus yang membenarkannya daripada membantahnya. Sungguh benarlah kita dewasa ini sedang menjalani masa fitnah sebagaimana telah disinyalir Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam.

بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي

كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersegeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki diwaktu pagi masih mukmin dan diwaktu sore telah kafir, dan diwaktu sore masih beriman dan paginya sudah menjadi kafir, ia menjual agamanya demi kesenangan dunia."(HR Ahmad 8493)

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا

وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

"Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir".(QS Al-Baqarah 250)‎ Description: Para Pemimpin Yang Sebaiknya Ditolak
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Para Pemimpin Yang Sebaiknya Ditolak
SelengkapnyaPara Pemimpin Yang Sebaiknya Ditolak

Indonesia-ku Indonesia-mu

Posted by Noer Rachman Hamidi on Wednesday, May 14, 2014

                 
Hari-hari ini kita disibukkan dengan kasak-kusuk koalisi dan capres ini dan itu. Namun tahukah Anda jika semua itu, sesungguhnya sudah ditentukan jauh hari di atas meja para pimpinan imperialis dunia di mana Rotschild dan Rockefeller menjadi anggotanya. Mau bukti?

Apa kabar Indonesia? Hari-hari ini kasak-kusuk partai politik menjelang pemilihan presiden menjadi headline berbagai media massa di negeri ini. Ada yang menjagokan si A, ada pula yang menjagokan si B.  Semuanya beralasan jika jagoannya masing-masing mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Seolah-olah negeri bernama Indonesia ini masih sebagai sehelai kertas putih yang belum ditulisi. Seolah-olah negeri bernama Indonesia ini sekarang masih berwujud jabang bayi yang sama sekali belum menangggung beban dan dosa.

Sayangnya, Indonesia di hari ini tidaklah seperti itu. Indonesia di hari ini merupakan suatu negeri paling korup di dunia dengan utang luar negeri mencapai lebih dari 3.000 triliun rupiah(!). Angka ini bertambah setiap harinya.

Indonesia di hari ini bukan lagi negeri yang kaya raya, karena semua kekayaan negeri ini yang sangat luar biasa telah dikuasai oleh korporatokrasi asing, dimana para elit dunia seperti klan Rotschild dan Rockefeller berada di belakangnya.

Indonesia di hari ini miskin. Hanya para pemimpin dan pejabatnya yang kaya raya, sedangkan rakyatnya melarat.

Indonesia di hari ini adalah seorang gadis yang dahulunya sangat cantik rupawan, namun telah diperkosa dengan buas selama puluhan tahun tanpa henti.

Indonesia di hari ini adalah suatu negeri paria, dimana bangsanya menjadi kuli dan orang-orang asing menjadi tuannya.

Tidak ada satu pun manusia di Indonesia yang sanggup dan mampu mengeluarkan negeri ini dari lubang kutukan yang sangat parah seperti ini. Tidak Jokowi, tidak Prabowo, tidak Aburizal Bakrie. Tidak siapa pun.

Banyak kalangan yakin seyakin-yakinnya, hanya perang yang mampu mengubah negeri ini. Entah menjadi lebih baik atau sekalian hancur binasa.

Mengapa Indonesia yang dahulu sangat menggiurkan, bahkan dijuluki sebagai zamrud khatulistiwa, sekeping tanah surga yang dititipkan Tuhan di bumi, dan sebutan membanggakan lainnya, sekarang telah berubah menjadi suatu negeri yang teramat sangat menyedihkan?

Sejarah telah mencatatnya dengan tinta suram. Di tanah ini, iblis dan setan telah memenangkan pertempurannya melawan tentara kebajikan. Walau mungkin untuk sementara.

Indonesia, dulu dan kini

                  "Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari tujuhbelas ribu pulau yang tersebar mulai dari Asia Tenggara hingga Australia. Tigaratus etnis di sana menggunakan lebih dari duaratus limapuluh bahasa. Populasi Muslimnya terbesar jika dibandingkan negara lainnya…"

Kalimat di atas bukan keluar dari seorang Indonesia atau Indonesianis. Bukan pula hapalan anak sekolah dasar yang dicekoki gurunya di dalam kelas. Tapi berasal dari kesaksian seorang bandit ekonomi bernama John Perkins di dalam buku keduanya "The Secret History of The American Empire: Economic Hit Men, Jakals, and The Truth About Global Corruption" (2007) .

Jika kita mencari pandangan orang tentang Indonesia, maka ada ribuan bahkan jutaan pendapat tentang negeri ini. Semuanya mengatakan jika Indonesia negeri yang memiliki segalanya. Alamnya indah dan kaya raya, iklimnya sangat bersahabat, tanahnya sangat subur, penduduknya ramah tamah, dan berbagai keunggulan lainnya. Bahkan Arysio Santos Dos Nunes, profesor fisika nuklir asal Brasil, setelah meneliti tentang legenda Benua Atlantis selama hampir tigapuluh tahun menulis di dalam bukunya jika Indonesia ribuan tahun silam adalah pusat dari benua Atlantis.

Nusantara, nama lain dari Indonesia, sejak ribuan tahun sebelum masehi telah dikenal dunia. Dalam kitab Perjanjian Lama (Surat Raja-Raja I, 9: 26-8 dan 10: 10-3) dikisahkan jika Raja (Nabi) Sulaiman membangun banyak kapal di Ezion-Jeber, dekat Elot di tepi pantai Laut Kolzom, di negeri Edom. Sulaiman mengirim sebuah ekspedisi ke Ofir bersama dengan awak kapal Abu Hiram, kepala arsitek pembangunan Haikal Sulaiman. Ekspedisi itu pulang dari Ofir membawa membawa 420 talenta emas (1 talenta Attica setara dengan 26 pon, talenta attica besar sama dengan 28⅟₄ pon, dan 1 talenta Mesir/Corinthian setara 43⅟₂ pon ). Emas itu langsung diserahkan kepada Sulaiman. Bukan hanya emas, dari Ofir, Abu Hiram—dalam literatur Kabbalah sering disebut Hiram Abif—juga membawa banyak batu mulia dan kayu cendana. Di tahun 945 SM, Raja Sulaiman kembali mengirim ekspedisi untuk mencari emas di Ofir.

Dimanakah Ofir? Ofir merupakan nama sebuah pegunungan yang terletak di selatan Tapanuli dekat dengan Pasaman. Puncak pegunungannya dinamakan Talaman dengan ketinggian sekira 2.190 m, dan puncak lainnya bernama Nilam. Di timur Ophir terdapat Gunung Amas yang sampai sekarang dikenal sarat dengan timbal (Pb), besi (Fe), Belerang (S), dan nikel (Ni).

Selain Ofir, tahun 2.500 Sebelum Masehi, Barus—sebuah perkampungan kecil di pesisir barat Sumatera Tengah—juga telah dikenal hingga ke Mesir. Kerajaan Mesir Kuno melakukan kontak dagang dengan Barus untuk membeli Kapur Wangi (Kapur Barus) sebagai bahan dasar proses pembalseman mumi para raja (Firaun).

Masyarakat dunia sejak ribuan tahun silam telah mengenal Sumatera sebagai Tanah Emas. Sebab itu, pulau ini menyandang nama Swarnadwipa, atau Pulau emas. Banyak sebutan-sebutan lain, semisal dari Yunani, Cina, dan sebagainya yang artinya juga sebagai 'Tanah Emas'. Itu baru dari Sumatera, belum lagi Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, dan lainnya yang masing-masing menyandang nama yang hebat-hebat karena kekayaannya. ‎ Description: Indonesia-ku Indonesia-mu
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Indonesia-ku Indonesia-mu

SelengkapnyaIndonesia-ku Indonesia-mu

Shalat Jama' dan Qashar

Posted by Noer Rachman Hamidi

Shalat yang dilakukan dengan cara dijama' (digabungkan) maupun qashar (dipotong) merupakan keringanan yang diberikan Allah swt kepada hamba-hamba-Nya yang tengah bepergian, disaat hujan, sakit atau uzur sebagaimana di katakan Imam Ahmad dan bagi orang yang memiliki keperluan selama tidak dijadikan sebuah kebiasaan sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi. (Baca : Shalat Jama' dan Qashar)

Diantara dalil yang menyebutkan disyariatkannya pelaksanaan shalat dengan cara dijama' adalah hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Muadz bahwasanya pada suatu hari Nabi saw pernah mengakhirkan sholat di waktu peperangan Tabuk kemudian berliau saw pergi keluar dan mengerjakan sholat zhuhur dan ashar secara jama'. Setelah itu beliau saw masuk kemudian keluar dan mengerjakan sholat maghrib dan isya secara jama'." Sedangkan dalil untuk sholat dengan cara diqoshor adalah apa yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Daud dan baihqi dari Yahya bin Yazid, ia berkata,"Aku bertanya kepada Anas bin Malik mengenai mengqoshor sholat. Ia menjawab, Rasulullah saw mengerjakan sholat dua rakaat jika sudah berjalan sejauh tiga mil atau satu farsakh."

Pada dasarnya setiap shalat haruslah dilakukan pada waktunya dan dilarang bagi seorang pun untuk menyia-nyiakan atau mengakhirkannya tanpa adanya suatu alasan yang dibenarkan.

فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Artinya : "Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan." (QS. Maryam : 59)

Hendaklah setiap orang yang ingin berkendaraan dan mengetahui bahwa ia akan terjebak dalam kemacetan untuk memperhatikan waktu-waktu shalatnya. Seorang yang berkendaraan berangkat pada waktu zhuhur dan memperkirakan bahwa dia akan mendapatkan waktu ashar di kendaraannya lalu terjebak didalam kemacetan. Jika dia memiliki kesempatan ditengah kemacetannya itu untuk menghampiri tempat shalat maka hal itu haruslah dilakukannya untuk melaksanakan shalat ashar.

Akan tetapi jika dia memperkirakan sebelum berangkat bahwa kemacetannya akan panjang sehingga dia merasa akan kehilangan waktu shalat asharnya sementara tidak memungkinkan baginya untuk keluar darinya dan mampir ke tempat shalat untuk melakukan shalat ashar maka dibolehkan baginya untuk menjama' shalat zhuhur dan ashar di waktu zhuhur sebelum dirinya berangkat. Dibolehkan bagi seseorang menjama' shalatnya disebabkan adanya keperluan, sebagaimana dikatakan Imam Nawawi, Ibnu Sirin dan Asuhab dari golongan Maliki. Menurut al Khottobi bahwa ini juga pendapat dari Qoffal dan asy Syasyil Kabir dari golongan Syafi'i juga dari Ishaq Marwazi dan dari jama'ah ahli hadits.

Dalam keadaan seperti ini ukuran jarak tidaklah menjadi pertimbangan karena diperbolehkan bagi seseorang menjama' shalat di tempat tinggalnya berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Abbas katanya; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah shalat zhuhur dan ashar semuanya, dan antara maghrib dan isya' semuanya bukan karena ketakutan dan tidak pula ketika safar."

Demikian halnya dengan pertanyaan anda ketika seorang yang berdomisili Jakarta akan bepergian ke Bandung, apakah Sholat Jama'nya bisa diawalkan (dilakukan di Jakarta, sebelum berangkat) ? maka berdasarkan riwayat Ibnu Abbas hal itu—menjama' shalat zhuhur dan ashar di tempat tinggalnya (Jakarta)—bisa dilakukan. Namun tidak dibolehkan baginya untuk mengqashar (memotong) kedua shalat itu masing-masing menjadi dua rakaat karena saat itu dirinya belumlah melakukan suatu perjalanan.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa qashar shalat hanya disebabkan oleh safar (bepergian) dan tidak diperbolehkan bagi orang yang tidak safar. Adapun jama' shalat disebabkan adanya keperluan dan uzur. Apabila seseorang membutuhkannya (adanya seuatu keperluan) maka dibolehkan baginya melakukan jama' shalat dalam suatu perjalanan jarak jauh maupun dekat, demikian pula jama' shalat juga disebabkan hujan atau sejenisnya, juga bagi seorang yang sedang sakit atau sejenisnya atau sebab-sebab lainnya karena tujuan dari itu semua adalah mengangkat kesulitan yang dihadapi umatnya." (Majmu' al Fatawa juz XXII hal 293)

Dari penjelasan Syeikhul Islam diatas bisa kita katakan bahwa tidak setiap shalat jama' harus diikuti oleh qashar, seperti contoh diatas atau seorang yang melakukan shalat dikarenakan hujan maka dirinya dibolehkan melakukan jama' tidak qashar.

Wallahu A'lam‎ Description: Shalat Jama' dan Qashar
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Shalat Jama' dan Qashar
SelengkapnyaShalat Jama' dan Qashar

Tulisan Ibunda tercinta... Ya Robb, sayangilah Ibu-ku

Posted by Noer Rachman Hamidi on Monday, May 12, 2014

MUHASABAH  70 TAHUN.

Ya  Allah...  ya Rabbi...
Hari ini Senin tgl. 05 Rajab 1435 Hijriyah, bertepatan tgl. 05 Mei 2014..
Usiaku genap 70 tahun, usia lanjut anugerah Mu kepada hamba Mu
Yang  senantiasa ingin dekat dan ta'at  pada Mu
Kepada Engkau hamba  bermanja dan mendamba segala sesuatu
Dan Engkau .... tak pernah sekalipun  mengecewakanku
Kasih  sayang Mu melimpah ruah tak pernah putus sesaatpun padaku.

Ya Allah...  ya Ilahi...
Tak sanggup rasanya hamba  mengungkapkan rasa syukur padaMu.
Selain dengan  kalimat-kalimat yang Engkau ajarkan pada  hambaMu.

Alhamdulilla-hi Rabbil 'alamin .... (segenap pujian hanya layak bagi Rabb alam semesta)
Alhamdulilla-hi hamdan katsiran  thayyiban mubarakan fi-h....(kupersembahkan pujian sebanyak-banyaknya, sebagus-bagusnya, dan seberkah-berkahnya bagi Allah semata)
Subhanalla-hi wa bihamdih, 'adada khalqih, wa ridha-  nafsih, 
wa zinata 'arsyih, wa midada kalima-tih.
(Maha Suci Engkau ya Allah, hamba memuji Mu, sebanyak makhluk ciptaan Mu, selapang  ridha Mu, seluas 'arasy Mu, sehamparan kalimat Mu).

Ya Allah .. ya Rahman, ya Rahim...
"Alla-hummaj'al   khaira  'umri-    a-khirahu
Wa khaira  'amali-    khawa-timahu
Wa khaira  ayya-mi-     yauma alqa-ka  fi-h."

Ya Allah...  jadikan sebaik-baik umurku di akhirnya,
Jadikan sebaik-baik amal perbuatanku di pungkasannya,
Jadikan sebaik-baik hariku, hari perjumpaanku dengan Mu.

Ya Arhamar Ra-himin.... irhamna,  irhamna, irhamna...
Bimbinglah  hambaMu meniti jalan Mu
Tolonglah hambaMu melaksanakan amanah Mu
Tabahkan  dalam beristiqamah menjalankan agama Mu
Salehkan diriku dan seluruh anak  cucuku
Lindungilah kami dari maksiyat,  fitnah , dhalim dan kufur
Ampunkan segala  dosa kesalahan hamba Mu
Sejahterakan, sehatkan jasmaniku,  bersihkan qalbu/ hatiku.
Ihdinash shira-thal mustaqim, aamiin.

Yaa Rabbana..
Sampaikan usia hamba dan suami hamba..
Bulan Maret tanggal 31 Mart tahun 2015 
Genap  pula usia pernikahan kami 50 tahun
Anugerah dan kasih sayang Mu yang 'adhim, tak terhingga
"Ya Allah, sadarkanlah diriku untuk senantiasa mensyukuri nikmat yg. Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku. Sadarkan pula diriku untuk selalu beramal shaleh yg Engkau ridhai. Jadikanlah anak keturunanku orang2 yg shaleh. Sungguh aku bertaubat  dan berserah diri kepada Mu." (QS Al Ahqaf 15).
                                                                                                Purnawarman 4 A, Pisangan
                                                                                          Ciputat Timur, Tangsel ( 15419 )
                                                                                                  Tanggal :    05 - 05 - 2014
Description: Tulisan Ibunda tercinta... Ya Robb, sayangilah Ibu-ku
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Tulisan Ibunda tercinta... Ya Robb, sayangilah Ibu-ku
SelengkapnyaTulisan Ibunda tercinta... Ya Robb, sayangilah Ibu-ku